logo

Sahur | Dr. H. Chazim Maksalina, M.H.

Ditulis oleh alifudin on .

Ditulis oleh alifudin on . Dilihat: 167

Sahur

oleh Dr. H. Chazim Maksalina, M.H.

Ketua Pengadilan Tinggi Agama Gorontalo

 

              Ketika kita memetik hikmah bulan Ramadan dan ibadah puasa sangat banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Demikian pula makna yang terkandung sangat dalam, materi yang tetsaji dalam topik pembicaraan sangat beragam. Kita mulai merasakan Ramadan ini akan meninggalkan kita sebentar lagi, meskipun demikian masih relevan kita membahas tentang sahur.

              Sahur merupakan salah satu anugerah yang Allah berikan kepada umat Islam sebagai salah satu bagian penting dari ibadah puasa. Sahur tidak hanya sekadar momentum untuk mengisi energi sebelum menahan lapar dan dahaga sepanjang hari dalam menjalankan ibadah puasa, namun juga bentuk patuh terhadap sunnah Rasulullah yang menganjurkan umat Islam untuk tidak melewatkannya. Dengan bersahur, kita sudah melakukan dua hal, yaitu mengikuti sunnah Nabi Muhammad saw yang senantiasa bersahur ketika hendak puasa, dan mempersiapkan diri dengan komitmen penuh agar puasa yang dijalani sepanjang hari bisa terlaksana dengan sempurna.

              Dengan bersahur, akan menjadikan tubuh kita lebih kuat, sehingga akan lebih siap untuk menjalani ibadah puasa. Oleh sebab itu, Rasulullah saw sangat menganjurkan umat Islam untuk bersahur dan melarang mereka meninggalkannya. Sebab, sahur tidak hanya menjadi bagian penting dari ibadah puasa yang bertujuan untuk menguatkan tubuh, namun juga mengandung keberkahan di dalamnya. Berkaitan dengan hal ini, Nabi Muhammad saw bersabda, yang artinya:  “Teruslah kalian sahur, karena ia merupakan makanan yang diberkahi.” (HR An-Nasai). Pada hadits lain dikatakan, yang artinya, “Sahur sepenuhnya mengandung berkah. Maka dari itu, janganlah kalian meninggalkannya, sekalipun sekadar meminum seteguk air, karena Allah dan para malaikat bershalawat untuk orang-orang yang sahur.” (HR Abu Said al-Khudri).

            Hikmah Sahur

            Hikmah di balik dianjurkannya makan sahurantara lain:

  1. Wujud Kasih Sayang 

        Salah satu tujuan makan sahur adalah untuk menambah stamina tubuh bagi orang yang berpuasa saat menjalani aktivitas di pagi harinya. Ini merupakan wujud kasih sayang Islam pada pemeluknya. Kita dapat membayangkan, jika orang puasa tidak sahur sementara ia memiliki aktivitas berat di siang harinya, terlebih jika jarang berpuasa sunnah, pasti tubuh akan terasa lemas. 

  1. Kesempatan Beribadah 

        Waktu sahur adalah momen yang paling utama dalam beribadah. Harapannya, orang yang bangun untuk sahur juga bisa sekalian beribadah di waktu mustajab ini. Selain itu, orang sahur juga lebih berkesempatan melaksanakan salat subuh tepat waktu jika tidak tidur setelah makan, karena ia akan menunggu sampai adzan subuh berkumandang.  Imam al-Bukhari sendiri dalam kitab Sahih-nya menuliskan satu bab khusus yang membahas tentang orang yang sahur dan tidak tidur sampai tiba waktu shalat subuh. Al-Bukhari  mendata sejumlah hadits Nabi tentang anjuran tidak tidur setelah sahur sampai waktu subuh tiba. 

  1. Tidak Dihisab 

         Setiap makanan yang dikonsumsi oleh manusia akan dihisab kelak di akhirat. Berbeda dengan makanan sahur yang salah satu keberkahannya adalah terbebas dari hisab. Dalam satu hadits Nabi dijelaskan, yang artinya:      “Ada tiga hal (makanan) di mana seorang hamba tidak akan dihisab oleh Allah swt, yaitu makanan sahur, makanan saat berbuka puasa, dan makanan yang dinikmati bersama saudara-saudara yang lain.” (HR al-Azdra’i).

Padahal dalam aturannya, apapun yang kita makan akan dihisab, lain halnya makanan saat sahur tidak demikian. Tapi dengan catatan makanan tersebut halal.

  1. Keistimewaan Umat Islam 

        Makan sahur juga menjadi keistimewaan bagi umat Nabi Muhammad saw. Sebab, ibadah puasa tidak saja dilakukan oleh umat Muslim, melainkan juga oleh orang Yahudi dan Nasrani, akan tetapi anjuran sahur hanya dimiliki oleh umat Islam. Rasulullah saw bersabda, yang artinya:

“Yang membedakan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab adalah makan sahur”. (HR Muslim). 

             Terkait hadits di atas, Imam Nawawi dalam Syarah Muslim menjelaskan, yang artinya: “Maknanya, yang menjadi pembeda dan keistimewaan antara puasa kita dan puasa mereka (Yahudi dan Nasrani) adalah sahur. Karena sesungguhnya mereka tidak sahur, sedangkan kita disunahkan untuk sahur.” (Syarah Muslim Imam Nawawi, juz 7, hal.207

       Melalui anjuran sahur saat berpuasa, kita jadi tahu, betapa setiap detail ajaran Islam memiliki nilai luhur yang menunjukkan agama ini selalu menanamkan rahmat dan kasih sayang terhadap para pemeluknya. Lebih dari itu, sekecil apapun ajaran Islam, pasti memiliki tujuan agung di baliknya. Sekilas, sahur adalah urusan perut semata. Namun, di baliknya ada banyak hikmah dan tujuan-tujuan agung yang bisa kita rasakan.

            Akhirnya mari kita merenungkan hadits ini, Bersahurlah karena sahur memiliki keberkahan.” (HR Al-Bukhari dan Muslim) 

 Wallahu a'lam bi showab

 Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa sohbihi ajma'in

Hubungi Kami

Pengadilan Tinggi Agama Gorontalo

Jl. Tinaloga No.5 Kelurahan Dulomo Selatan, Kota Utara, Gorontalo

Telp: 0435-8591389 
Fax: 0435-831625

Email : surat@pta-gorontalo.go.id

Hak Cipta Pengadilan Tinggi Agama Gorontalo © 2022