Mengendalikan Nafsu | Dr. H. Chazim Maksalina, M.H.
Mengendalikan Nafsu
oleh Dr. H. Chazim Maksalina, M.H.
Ketua Pengadilan Tinggi Agama Gorontalo
Tulisan ini lanjutan bahasan sebelumnya, setelah mengenali dan mengetahui transformasi tentang nafsu.
Suatu ketika Rasulullah Muhammad saw, setelah pulang dari perang dahsyat Badar menyampaikan, "Kita telah perang dari jihad kecil menuju jihad yang lebih besar" setelah para sahabat bertanya "apa maksud jihad besar", dijawab yaitu jihad melawan hawa nafsu.
Kalimat itu sangat bermakna, sebagaimana kita pahami, perang sifatnya sementara, insidentil berbeda dengan perang melawan nafsu, dia sepanjang waktu dan sepanjang hidup, lebih-lebih musuhnya tidak kasat mata, karena dia berada dalam diri kita sendiri.
Mengendalikam, mengalahkan dan menghancurkan nafsu adalah tugas dan kewajiban kita, bukan perkara mudah seperti diungkapkan oleh Imam al-Ghazali. Perlu ada kiat metode khusus untuk mengalahkan nafsu tersebut, di mana cara itu sudah teruji pada orang-orang sufi dalam jihad mereka menguasai nafsu. Di antara salah satu kiat, telah digambarkan oleh Ibnu Atha'illah dalam kitabnya al-Hikam . Ibnu Athaillah adalah tergolong ulama yang produktif. Banyak karya yang telah dihasilkannya, dalam bidang tasawuf, tafsir, akidah, hadits, nahwu, dan usul fikih.
Adapun trik mengalahkan nafsu yang diberikan oleh Ibnu Athaillah dalam kitab al-Hikam adalah dengan cara mengenali nafsu lebih dulu. Mengenali ajakan nafsu adalah dengan cara membedakan antara ajakan nafsu dengan ajakan Allah. Ibnu Athaillah berkata, “Apabila ada dua hal yang tidak jelas bagimu, lihatlah mana di antara keduanya yang paling berat bagi nafsu, lalu ikutilah ia karena tidaklah terasa berat bagi nafsu kecuali sesuatu yang benar.”
Dari kalam hikmah itu terlihat perbedaan antara ajakan Allah dengan ajakan nafsu. Ajakan Allah adalah yang lebih berat dikerjakan, sedangkan ajakan nafsu lebih ringan dikerjakan. Dalam aktivitas sehari-hari, kita selalu dililit oleh dua hal yang kabur bagi diri kita, apakah melakukannya atau meninggalkannya.
Contoh, mengerjakan shalat berjamaah pada awal waktu, dengan mengerjakan shalat sendiri pada akhir waktu.
Mengerjakan shalat berjamaah pada awal waktu sangat berat bagi nafsu, karena menggangu kesantaiannya, kelalaiannya dan kesenangan atau aktivitas duniawinya. Karena itu, ikutilah ajakan Allah dan palingkan diri kita dari ajakan nafsu itu dengan tegas.
Ajakan nafsu tidak hanya pada yang jelas berlawanan dengan syariat, tapi terkadang juga ada dalam ibadah yang sukar dikenali oleh umum manusia.
Dalam hal ini, Ibnu Athaillah berkata, “Di antara tanda mengikuti hawa nafsu adalah bergegas melakukan amalan sunah, namun malas menunaikan amalan wajib”. Banyak orang malas dan berat melakukan amalan-amalan wajib karena umum manusia melakukannya, maka nafsu merasa tidak ada sesuatu yang lebih yang beda dengan yang lainnya untuk mendapat pujian.
Dengan demikian, kiat mengalahkan nafsu adalah mengikuti yang lebih berat dikerjakan, dan berpaling dengan tegas dari yang lebih ringan dikerjakan.
Mendahulukan yang lebih kuat hukumnya dari yang lebih ringan hukumnya walaupun banyak kelebihannya. Maka mengawali bulan Sya'bam ini, kita menggunakan kiat itu untuk mengalahkan nafsu, agar nanti tiba puasa kita masuk dalam panggilan Allah Swt, sebagaimana disebutkan).
qDalam Al-Quran surat Al-Fajr ayat 27-30.
Pengertian Riyadhah
Untuk masuk dalam tasawaf, kita wajib membiasakan latihan-latihan baik lahir maupun batin. Latihan itulah yang disebut dengan riyadhah. Dijelaskan dalam buku Ilmu Tasawuf karya Samsul Munir Amin, riyadhah adalah latihan-latihan kejiwaan melalui upaya membiasakan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang mengotori jiwanya. Riyadhah juga diartikan sebagai proses internalisasi kejiwaan dengan sifat-sifat terpuji dan melatih diri meninggalkan sifat-sifat tercela.
Para sufi memasukkan riyadhah sebagai latihan jiwa untuk meninggalkan sifat-sifat buruk. Hal ini juga meliputi pendidikan akhlak dan metode pengobatan penyakit hati. Riyadhah ini harus diikuti dengan mujahadah atau kesungguhan untuk meninggalkan sifat buruk, seperti dijelaskan dalam buku Pendidikan Akhlaqul Karimah Perspektif Ilmu Tasawuf karya Hefdon Assawqi.
Tahapan Riyadhah untuk Hancurkan Syahwat Nafsu
Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya' Ulumuddin menyebutkan empat jalan dalam riyadhah. Empat jalan itu antara lain:
Sedikit makan dan minum, sedikit tidur, membatasi bicara yang tidak penting dan menelan pahitnya tindakan tidak menyenangkan dari orang lain.
Berikut kata Imam al-Ghazali dalam Ihya' Ulumuddin dengan terjemahan dilansir dari NU Online. "Riyadhah ditempuh dengan empat jalan, yaitu (memenuhi) makanan pokok, memejamkan mata dari tidur, dan menelan pahit perilaku menyakitkan dari orang lain. Sedikit makan meredam gejolak syahwat. Sedikit minum dapat menyucikan kehendak dan pikiran. Sedikit bicara membawa keselamatan dari bencana dan kecelakaan. Menelan pahit perilaku menyakitkan dari orang lain (yang tidak masuk pidana) dapat menyampaikan kita pada tujuan-tujuan spiritual."
Dalam Mukhtashar Ihya' Ulumuddin yang diterjemahkan Muhammad Ahsan bin Usman, Imam al-Ghazali juga menjelaskan tentang cara riyadhah untuk menghancurkan syahwat nafsu. Penjelasan ini termuat dalam bab Cara Menghancurkan Dua Syahwat dan Penjelasan Bahaya Lisan.
Syahwat nafsu yang dicontohkan Imam al-Ghazali ini adalah keinginan untuk memenuhi isi perut. Menurutnya, ada empat tahapan yang bisa dilakukan seseorang untuk menghilangkan nafsu tersebut. Berikut di antaranya.
- Mengurangi secara Bertahap
Dalam hal makanan, seseorang bisa mengurangi sedikit demi sedikit dengan cara mengira-ira secukupnya. Contohnya apabila setiap hari makan tiga roti besar, maka ia bisa mengurangi sepersepuluh roti tersebut, sehingga jika dalam satu bulan ia makan 30 roti maka harus mengurangi 1 dari 30 potong roti tersebut. Kemudian, pada bulan berikutnya bisa mengurangi 2 potong roti, begitu seterusnya.
- Latihan Setiap Hari
Tahapan yang kedua adalah kembali melatih diri setiap hari dan malam sampai makan setengah mud, yakni satu roti ditambah sesuatu yang membuatnya berselera makan. Hal ini mirip kebiasaan Umar RA, ia makan hanya dengan tujuh atau sembilan kali suapan.
- Kembali Mengukur Ukuran
Tahapan yang ketiga adalah hendaknya mengukur kembali ukuran satu mud, yakni dua setengah roti, dan ini sudah melebihi sepertiga perut.
- Menambah sampai Dirasa Baik
Riyadhah keempat untuk menghancurkan syahwat nafsu makan ini adalah dengan menambah tiap satu mud itu sampai dirasa baik bagi dirinya. Inilah yang kata Imam al-Ghazali disebut puncak dari semuanya dan selaras dengan firman Allah SWT, yang
artinya: "dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan." (QS Al A'raf: 31)
Kunci Sukses Riyadhah
Ada beberapa kunci sukses dalam riyadhah. Dijelaskan dalam buku Pengantar Ilmu Tasawuf karya Badrudin, kunci sukses dari riyadhah adalah pasrah, menerima dengan ikhlas dan lapang dada atas semua pemberian Allah SWT. Berkaitan dengan itu, ada tiga hal yang menjadi kunci sukses riyadhah.
- Takhalli
Takhalli yang dimaksud di sini adalah takhalli minal akhlaaqil madzmuumah yang artinya lepaskan diri kita dari perbuatan tercela. Dalam hal ini, seseorang harus memiliki sifat menghayati dan bertobat dengan cara istiqamah dan ikhlas.
- Tahalli
Tahalli di sini adalah tahalli nafsaka bil akhlaaqil mahmuudah atau isilah jiwamu dengan akhlak terpuji. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengisi akhlak terpuji antara lain berzikir dan melakukan salat-salat sunnah.
- Tajalli
Tajalli maksudnya Allah SWT tampak jelas di hadapan hamba dan jelas dalam dzhahir kehidupan jiwa.
Wallahu a'lam bi showab
Allahumma sholli wa sallim 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa sohbihi ajma'in